Author: Fitri Adha Afya
Mungkin postingan ini kurang berfaedah ya, tapi saya sangat excited menulis bahasan ini. Alasannya? karena pengalaman pribadi sebelum tes coba cari-cari blog siapa aja yang pernah nulis rasa deg-deg dan takutnya mereka beberapa waktu sebelum test. I felt it, before. So, this blog might be the one you are awaiting for haha.
Kapan Waktu Terbaik
Anda Seharusnya Ikut Test?
Saya sempat ragu pada saat itu, hari pertama saya
merencanakan program belajar TOEFL self-learning,
saya tidak mampu menjawab pertanyaan yang satu ini. Kebanyakan pengalaman
mereka itu hanya membutuhkan waktu sebulan saja untuk belajar. Tapi, kata hati
saya pada saat itu mengatakan “tidak yakin”, “kayaknya gak bisa”.
Tapi, saat itu saya tidak terlalu ambil pusing dan
memutuskan belajar dulu selama sebulan dan nanti di minggu ke-3 saya coba tanya
kata hati saya lagi. Tepat di minggu ketiga, saya merasa okay saya tidak siap
ikut tes sekarang. Saat itu saya berencana mengejar deadline AAS, tapi hati
terus bilang “I don’t think I can”. Terus saya bilang juga sama diri sendiri “Where have I been”? Kemana aja kok baru sekarang
pengen pursue a master degree? Wkwkw.
Jadi, kesimpulannya itu adalah kamu sendiri yang lebih
tau berapa bulan waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan kapan waktu terbaik
untuk ikut tes toefl ITP. Bagi yang punya budget lebih, boleh saja ikut tes
sekali jika memang ingin tau bentuk soalnya gimana sekaligus tau score ITP
berapa.
Tapi, saat itu saya inginnya sekali tes langsung dapat.
Ultimately, saya yakinnya setelah belajar 2 bulan TOEFL secara maksimal versi
saya baru yakin ambil test di tanggal 18 Juni 2019.
Memilih Lokasi Test
Banyak hal yang saya pertimbangkan untuk memilih lokasi
test, saya sudah list semuanya. Mulai dari ruangan test yang nyaman,
suhu ruangannya gimana, posisi meja dan kursinya gimana, lighteningnya cocok
gak, the most important itu speaker untuk listeningnya. Astaga, saya memang
orangnya ribet karena tidak suka dengan risiko yang tidak terduga. So, I’d
planned these all perfectly.
Ada 3 lokasi test ITP yang saya tau di Banda Aceh, UIN
Ar-Raniry, Universitas Syiah Kuala, dan KIES Aceh. Saya inginnya test di KIES
atau Unsyiah pada saat itu. Setelah lihat, jadwal test di Unsyiah sesuai dengan
kata hati saya. Yasudah saya putuskan test di Unsyiah dan dengar-dengar untuk
alumni dapat discount ya? Ternyata tidak wkwkwkw.
Daftar TOEFL ITP
Saya cari tau di link UPT Unsyiah, cara daftarnya itu
tidak lagi manual melainkan semuanya online. Nanti terpampang disitu tanggal
berapa pendaftaran ditutup dan kapan waktu paling telat kalian bisa daftar.
Saya daftar di hari deadline. Langsung ke ATM karena harus transfer, saat
transfer aja saya deg-degan, serius hecticnya berlebihan.
Fyi, biaya test toefl ITP di Pusat Bahasa Unsyiah itu
Rp 540.000,-.
Singkat cerita, minus H-1 saya tidak juga dapat
konfirmasi sebagai peserta dan belum tau besok testnya jam berapa. Langsung ke
Pusat Bahasa dan kata mereka saya sudah terdaftar dan testnya jam 8. Deg, saya
tidak suka test pagi, but not bad karena otak masih fresh dan tidak terlalu
lama merasakan hectic menuju siang.
Hari H-Test
Tiba di lokasi jam 7.30 WIB, beneran ini kecepatan dan
beneran juga saya peserta pertama yang datang dengan pintu juga masih terkunci.
Jam 8 sudah banyak peserta yang datang, mulai masuk ruangan jam 8 lewat 10
kalau gak salah. Langsung milih posisi duduk terbaik, saya tidak mau dingin
menganggu konsen saya.
You know, it was an early morning dan berada di ruangan
dingin saya tidak nyaman haha. Akhirnya saya pilih duduk di tengah, dengan
posisi bangku dan meja yang tepat dan lighting yang mantap.
Beneran, disitu saya yang paling muda lainnya ada
abang-abang, ibu-ibu, dan bapak-bapak, tidak ada anak-anak. Saya lirik kiri
kanan, mereka terlihat sangat santai dan seperti siap ikut tes. Saya juga
sebenarnya, tapi tidak untuk reading. Saya terus bilang “Lahawlawalaquwwata
illabillahil’aliyyil a’zim”. Sempat takut sekali kalau tidak lulus dan harus
belajar lagi, but my mom told me “serahkan aja semuanya”, sesuatu yang menjadi
rejeki kita gak akan tertukar.
Akhirnya intruksi untuk isi lembar jawaban oleh pihak
ETS dimulai, dan kami diberi waktu untuk mengisi dan membulatkan data diri. Saran
untuk teman-teman, download handbooknya ETS ya, coba isi lembar jawaban itu,
atau baca kuisionernya. Dikhawatirkan karena nervous dan gugup takut salah isi
haha karena saya saat itu hampir buat malu.
Tes Dimulai
Well, test pun dimulai dengan section pertama yaitu
listening. Kadang saya membaca pilihan jawabannya dulu untuk menebak kira-kira
apa soalnya, tapi menuju soal ke 10 hal ini tidak nyaman bagi saya. Jadi, saya
dengar dulu, pahami apa yang speakers nya bicarakan baru jawab. Pastikan kalian
familiar dengan kata-kata yang sering muncul di listening, seperti need a hand, enroll, drop out, dan
lainnya.
Saya merasa kurang maksimal di listening karena gugup,
pikiran buruk seperti ini “kira-kira saya benar gak ya jawabnya, ini gimana
kalau scorenya jelek”. Bercampur aduk, perasaan yang tidak enak. Hingga menuju soal
ke 15 akhirnya saya bilang ke diri saya, Oke fokus.
Masuk ke part B, saya terlalu sibuk membaca pilihan
jawaban sambil si speakers nya ngomong. Akhirnya, saya bingung. Saya tidak
mengulang kesalahan ini di Part C, akhirnya terbukti lumayan paham dan bisa
jawab.
Masuk ke structure and written expression, rasanya saya
berada di posisi aman saat itu. Mulai dengan soal mencari yang benar saya
senang sampai soal ke 10, menuju soal ke 11 langsung muter-muter ini tensesnya
apa, verbnya mana, subjectnya mana, haha.
Menuju soal ke 15, masih mulus perjalanan sampai ke
soal nomor 35, selanjutnya ada beberapa yang saya bingung hingga terlalu fokus
dan lupa waktu. Saya terkejut lihat jam sudah memakan waktu reading 3menitan. Disitu
saya tiba-tiba keringat dingin, karena saya tau saya butuh waktu lama di
reading.
Masuk ke bagian reading, saya langsung lemas haha. Sampai
ke bacaan kedua, saya merasa terlalu lama menghabiskan waktu di satu soal.
Hingga akhirnya setelah saya berhasil menjawab sampai soal ke 30, waktu tersisa
10 menit lagi. Can you imagine? Tiba-tiba saya keringat dingin dan lemas,
langsung bergumam dalam hati “oke, saya gak akan bisa dapat skor di atas 500”.
Tapi, tidak menyerah begitu saja karena saya langsung
coba jawab soal yang saya bisa diwaktu yang tersisa. Saya coba jawab soal synonim,
refer to, dan lainnya. Saya juga lupa, tapi seperti kemudahaan Allah hadir untuk
saya pada saat itu, saya bisa menjawab beberapa soal dengan cepat dan saya
paham aja gitu. Hingga waktu sisa 3 menit lagi, saya langsung cek lembar jawaban
dan sisanya saya tebak mungkin sekitar 10 soal.
Saya acak, tebakan jawaban itu dengan pilihan jawaban B
dan C, saya ikut sarannya di buku Best Score TOEFL 600 standar ETS. Hingga pengawas
menghampiri meja saya dan mengambil lembar jawaban. Keluar ruangan, saya langsung
rasanya lemas, takut, sedih, bercampur aduk. Langsung membuat perkiraan ini
saya kira-kira dapat score 490an.
Saat itu saya yakin Listening mampu jawab 35 soal,
structure 35, dan reading 20 soal saja. Sepanjang waktu menunggu pengumuman, saya
selalu menghitung-hitung perkiraan score yang mungkin saya dapatkan. Pulang ke
rumah, saya minta doa dari Bunda untuk hasil yang terbaik, *maaf ngalay, syahdu
rasanya. Hahaha.
Katanya hasilnya keluar setelah seminggu, tapi seminggu
itu rasanya sebulan. Menunggu pengumuman, saya tidak mau belajar ulang, coba
ambil libur panjang setelah 2 bulan non-stop belajar wkwkw. Namun, untuk tetap
mengasah kemampuan dan materi yang sudah saya transfer ke otak, saya coba
ulang-ulang dengan menjawab soal di modul “Common Mistakes at IELTS
Intermediate”.
Membuka Hasil Tes
Terhitung seminggu, tepat hari Selasa saya lebih panik
dan deg-degan. Gak tau jelasinnya gimana, tapi memang over hectic. Di
pagi hari, saya cek website Pusat Bahasa, belum ada update terbaru dan tidak
ada kabar di SMS juga. Akhirnya, tepat setelah zuhur saya menerima SMS dari
pihak Pusat Bahasa yang memberitahu bahwa nilai ITP sudah keluar.
Dengan keadaan gemetaran dan jantung deg-degan, saya buka webnya. Awalnya gak
berani lihat tapi penasaran, akhirnya saya menilai nilai 513. What a surprise!
Saya benar-benar gak nyangka bisa dapat score segitu, perkiraan saya meski
memang dapat di atas 500 paling mentok di 503.
Tapi, Allah benar-benar Adil dan Meridhoi juga membantu
saya selama masa perjuangan *ceilee. Nilai reading saya benar-benar
Alhamdulillah. Coba saja jika saya mendapat score di atas 500 namun nilai
reading 40, maluuuuu.
Saya selalu percaya,
jika kita bermimpi dan bersungguh-sungguh pasti kita akan mendapatkan hal yang
kita impikan. Meski tidak sekarang, cepat atau lambat pasti dikabulkan jika
Allah berkehendak.
Ditambah lagi restu seorang Ibu, saya yakin disetiap
keberhasilan dan pencapaian dalam hidup saya selalu 80% itu karena peran Ibu. Selebihnya,
itu karena usaha saya yang tidak seberapa ini dan juga atas doa yang saya pinta dan rasa mengemis pada-Nya.
What’s Next?
Kedepannya, saya akan mengejar mimpi-mimpi yang sudah
saya list, apakah kedepannya saya sanggup melewatinya atau tidak seperti yang sudah saya lakukan sebelumnya. Yang jelas,
saya tidak akan menyerah begitu saya meski orang lain ada yang pintarnya
keterlaluan.
Tapi, rasa semangat dan perjuangan yang harus saya miliki tidak boleh kalah dari mereka. Because, ada satu quote yang menjadi moodbooster buat saya, “Keberhasilan
bukanlah milik mereka yang pintar, tapi milik mereka yang senantiasa mau
berusaha”. Jadi, saya selalu ingin berjuang untuk keberhasilan tersebut meski
terkadang saya tidak kapasitas otak saya mampu.
I can’t wait for the
next journeys of life I’ll go through.
Afya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar